Sabtu, 18 Agustus 2012

cerpen

KUTEMUKAN DIRIKU Oleh : Wulung Sari

Kehidupan panti asuhan begitu tak menentu, adakalanya mereka bersenang-senang dan bahagia, adakalanya juga mereka diliputi haru dan kesedihan. Bagi anak-anak panti, rumah yang mereka huni saat ini hanyalah sementara sebelum mereka pergi ke rumah orang tua angkatnya. Namun rumah ini sangatlah berharga. Sarah adalah tenaga pengasuh suka rela di panti asuhan “ Permata Hati “ itu. Sarah merupakan anak yatim piatu berumur 19 tahun. Ia tinggal sendiri dirumah yang tidak jauh dari panti asuhan itu. Semenjak lulus SMA Sarah mencari pekerjaan untuk menghidupi dirinya, namun tak kunjung dapat, sehingga Ia ikut menjadi pengasuh di panti tersebut. Sarah dan pengasuh lainnya hanya dibayar sekedarnya, karena panti tersebut juga tidak memiliki cukup dana untuk mengelola panti.
Dalam tidur malamnya Sarah selalu memohon pada Allah swt untuk menjaga anak-anak dipanti asuhan, untuk membimbing Sarah pada jalan yang lurus dan meridhoinya dalam setiap langkah, tak lupa juga Ia berdoa untuk kebaikan orangtuanya disisi Allah agar senantiasa bahagia. Setelah berdoa sarahpun memejamkan matanya dan kembali bangun malam untuk shalat tahajud. Sarah merupakan orang yang taat pada agama, sifatnya juga sangat santun dan penyayang.
Saat fajar menjelang, sarah pun melakukan rutinitas seperti biasanya, ia beres-beres rumah lalu kepanti asuhan. Tapi jika akhir bulan seperti ini, ia selalu menyempatkan waktu untuk pergi bersama teman-temannya.
Teman-temannya terlihat sangat bahagia pada hari ini, tentu saja karena mereka baru saja gajihan, sehingga senyuman lebar melekat pada mereka. Sarah pun ikut bahagia, sarah ditraktir makan disebuah restaurant. Seperti biasa , jika para wanita sudah berkumpul akan jadi berisik jadinya karena mereka sibuk mengoceh.diam-diam Sarah memperhatikan teman-temannya. “Dini, sekarang Ia sudah menjadi perancamg busana. Ya, Ia memang sudah mahir sejak SMA. Tika, menjadi koki di sebuah restaurant kesil, mesi begitu hobi memasaknya sudah tersalurkan. Nanda dan Tika, kini bekerja dipabrik, setelah mengumpulkan uang Tika akan melanjutkan studinya, sedangkan Nanda akan berwirausaha. Bagaimana dengan aku..???”pikir Sarah. “DOORRRrrr...” Tika mengegetkan Sarah dan mengejeknya bagai putri yang menunggu pangerannya yang tak kunjung datang. Teman-teman yang lainnyapun tertawa geli, Srah hanya tersenyum dan mengatakan “ah,, tidak apa-apa”
Hal tersebut terus menghantui pikiran Sarah beberapa waktu, Sarah berfikir tentang dirinya suatu saat nanti. Ia butuh pekerjaan lain disamping mengasuh anak-anak panti, namun sarah menyadari tidak mengetahui keahliaanya, hingga ia bertekad untuk mencari pekerjaan esok pagi.
Saat mentari muncul,sarah dengan pakaian rapih dan jilbab ungu yang diselempangkan pergi kejalan utama dengan menggoes sepeda tua peninggalan orangtuanya. Jalan yang dilewati begitu banyak tanjakan dan berkelok-kelok yang membuat nya menjadi pusing dan lelah. Sesampainya disana Sarah berniat menawarkan jasa pada toko-toko dekat pasar dan mall. Ia sempat bertemu dan bertegur sapa dengan tetangganya yang kemudian pulang terlebih dahulu dengan becak yang digoes oleh seorang wanita tua. Hal itu membuat ssarah kaget, namun ia hanya tersenyum dan berkata “Emansipasi Wanita”. Setelah menitipkan sepedanya, srah menyusuri jalan utama, disna ia melihat banyak ibu-ibu yang berjualan gorengan, cilok,surabi, telur asin, pecel, dan banyak lagi. Sarah pun berpikir “apa aku harus berjualan seperti itu.?” Sambil kembali berjalan.
Ketika matahari sudah semakin terik dan sarah tak kunjung dapat pekerjaan, ia pulang dan menuju panti asuhan. Ia membantu pengasuh lain menyiapkan makan siang. Anak-anak panti begitu senang dengan kedatangan Sarah, mereka sudah menganggap sarah sebagai orang tua mereka yang penyayang, lemah lembut, dan bijaksana. Sarah tidak hanya mengasuh, tapi juga mengajarkan baca, tulis dan mengaji. Anak-anak menyebutnya”ibu cantik”, karena sarah mempunyai wajha dan sifat yang cantik. Sarah senang disebut ibu oleh mereka meskipun secara umur ia belum pantas untuk itu. Sarah menanyakan pekerjaan yang cocok untuknnya pada rekan-rekan pengasuh, namun mereka juga tidak mengetahuinya kartena menurut mereka itu tergantung bakat dari diri masing-masing. Sarah bergumam bahwa ia hanya suka bercerita dan menulis kata-kata. Pusing dan sakit kepala kembali menyerangnya, ia pulang kerumah dan menghangatkan diri dengan teh dan lekas tidur.
Pagi harinya sarah pergi kejalan utama untuk belajar menjahit pada tukang jahit langganannya, barangkali ia punya keahlian dalam hal tersebut.saat dalam perjalanan kepalanya kembali terasa sakit hingga akhirnya ia berhenti menggoes sepedadan menuntunnya hingga sampai. Setelah belajar menjahit beberapa lama, sarah tidak kunjung mahir dan malah sering melukai jarinya,namun ia tetap semangat belajar hingga ia kembali merasakan sakit kepala. Kini sakit kepala begitu sering menghampirinya.
Keesokan hari, sarah memeriksakan diri ke Rumah Sakit, ternyata ia menderita kanker itak stadium akhir yang tidak disadari. Namun sarah tak punya biaya untuk operasi. Ia berjalan pulang dengan wajah cemas dan tersenyum kecil. “aku akan menyusul orangtuaku”. Di luar Rumah Sakit Sarah melihat bayi yang terus menangis dalam gendongan bapaknya, sarahpun menggendong dan membantu menenangkan bayi itu dengan sabar hingga tertidur pulas dan ia kembalikan pada bapaknya. Sarah mulai berpikir tentang keahlian dalam dirinya, mencurahkan kasih sayang terhadap siapapun. Sarah memang mempunyai jiwa seorang ibu. Setelah itu ia pergi ke perpustakaan panti, ia membaca buku-buku favoritnya tentang tokoh wanita dunia yang menceritakan bagaimana ratu elizabeth II bertahan pada tahta dan menghilangkan krisis, membaca perjuangan wanita diluarsana, dan pejuang wanita dalam negri seperti R.A Kartini dan lain-lain.”mereka bisa merubah dunia, wanita itu benar-benar hebat, apa yang bisa ku ubah.? aku hanya akan merepotkan oranglain saja.”
Dalam setiap malamnya Sarah berdoa pada Allah swt agar menjadikan sisa hidupnya berarti.setiap hari sarah menuliskan kisahnya tentang wanita-wanita hebat, menuliskan apa yang ia lihat pada diri seorang wanita, tentang cita-citanya, harapanya, dan masa depan panti asuhan. Sarah menuliskannya dalam buku tulis kecil sembari terus ikhlas menagbdikan diri setiap harinya untuk mengasuh anak-anak panti yang ia cintai.
Kondisi sarah kini semakin buruk, ia semakin sulit melangkah keluar rumah. “Ya Allah kuatkanlah aku, aku ingin dapat selalu menjaga dan mengasuh anak-anak panti, aku ingin panti itu berkembang dan menjadikan mereka anak-anak yang berkualitas, aku tidak bisa menyumbang apa-apa kecuali tenagaku, biarkanlah aku memberikan yang terakhirkali untuk anak-anak itu.” Gumam sarah dalam hati smabil jalan terpogoh-pogoh dan wajah yang pucat kesuatu tempat.
Setelah beberapa hari, anak-anak panti bingung karena ibu cantik pengasuhnya telah lama tidak datang. Rekan-rekan sarahpun mengunjungi rumah sarah. Mereka mengetuk pintu dan melihat sarah yang begitu pucat saat membukakan pintu, mereka pun kaget dan menanyakan keadaannya, namun sarah menyuruh mereka terlebih dahulu dan menanyakan apa yang ingin mereka minum, kemudian mengambilkannya. Sarahpun menjawab pertanyaan mereka bahwa ia memang sedang sakit sehingga terlihat pucat dan lemas. Mereka pun mengobrol dan membahas anak-anak panti yang terus menanyakan sarah. Tak terasa mereka mengobrol terlalu lama hingga sudah berkumandang adzan maghrib. Sarah melarang mereka pulang maghrib-maghrib dan mengajak sholat berjamaah dirumahnya dengan sedikit memaksa. Bu Ani pengasuh tertua dipanti yang ikut mengunjungi sarah menjadi imamnya, mereka shalat dengan khusyuk hingga saat rakaat terakhir sarah tak kunjung bangun dari sujudnya, selama bebrapa menit pengasuh lain membiarkan itu, namun tak beberapa lama Bu Ani membangunkan sarah yang sudah tak sadarkan diri. Semua kaget dan panik, Bu Ani pun keluar dan meminta tolong tetangga untuk membawa sarah kerumah sakit. Setelah dicek oleh tetangganya ternyata sarah telah meninggal dunia.subhanallah sarah meninggal dalam keadaan khusnulkhotimah. Meninggalnya sarah di sambut tangis sedih oleh tetangganya dan keluasrga panti. Mereka sangat kehilangan sosok ibu cantik tersebut.
Lama setelah masa berkabung, seseorang datang dan menyerahkan dokumen kepemilikan rumah dan harta sarah yang telah ia sumbangkan pada panti. Kemudian panti asuhan juga menerima uang dalam rekening yang cukup besar dan beberapa orang mengunjungi panti dan menyerahkan dokumen perjanjian dan menjelaskan bahwa wanita yang bernam sarah mengirimkan tulisannya san no rekening panti asuhan pada biodata yang dikirim pada perusahaan mereka. Tulisan sarah sangat menginspirasi mereka semua, sehingga perusahaan akan menerbitkan buku itu dan hasil penjualan akan dikirimkan pada rekening tersebut, namun panti asuhan menolak karena merasa bukan miliknya, tapi karena sarah tak punya ahli waris dan itu pun keinginan sarah sendiri yang menuliskan rekening tersebut akhirnya mereka terima.ternyata sebelum meninggal sarah sempat menuliskan tulisannya pada perusahaan itu.
vIbu panti diberi contoh buku yang akan diterbitkan, yang berjudul “Aku adalah Seorang Wanita”. Ibu panti begitu terharu membacanya, dalam bab terakhir buku itu tertulis, “Aku mencari tahu siapa diriku, apa bakatku dan apa yang bisa aku lakukan. Waita-wanita itu bisa memimpin dunia. Wanita-wanita itu bisa merubah dunia pendidikan. Wanita-wanita itu bisa merumuskan hukum negara. Wanita-wanita itu juga bisa menjadi pengusaha sukses sebagai desainer, koki, wirausaha,dll. Wanita-wanita itu bisa menjadi pembimbing agama. Wanita-wanita itu mengayuh becak untuk keluarganya. Wanita-wanita itu berjualan dipasar-pasar untuk menyekolahkan anaknya. Wanita-wanita itu mengais sisa beras untuk memberi makan keluarganya. Wanita-wanita itu mengambil aqua dijalan bersama anaknya agar terus dapat menjaganya. Waita-wanita lainnya mengajar dan mendidik anak mereka serta merawat para suami mereka dengan bersahaja. Wanita-wanita didunia ini begitu kuat, lembut, dan penyayang sehingga melahirkan orang-orang yang sukses dan berguna untuk dunia. Aku adalah wanita yang terinspirasi dari wanita-wanita yang ada didunia, yang menjadikan diriku selalu belajar untuk berusaha bersikap ramah, dan penuh kasih sayang. Terimakasih untuk wanita-wanita dunia, dan untuk anak-anak panti yang menjadikanku seorang pengasuh yang kalian sayangi dan menyebutku ibu. Aku bangga menjadi bagian hidup dari anak-anak panti, dan aku yakin mereka akan menjadi orang besar nantinya. Kini kutemukan diriku, aku adalah seorang wanita”
Hingga saat ini tak ada yang tau tentang penyakitnya, Sarah berhasil menjadi wanita kuat yang sanggup mengatasi dan menyembunyikan penyakitnya sehingga tak merepotkan orang lain. Kini sarah tidak hanya wanita yang terinspirasi dari wanita-wanita dunia, melainkan menjadi inspirasi untuk wanita lain lewat bukunya, dan panti asuhan mendapat dana yang cukup besar hasil penjualan buku itu. Keluarga panti sangat berterimakasih pada almarhumah “ibu cantik” itu.

The End

Tidak ada komentar: